"A Palavra é do Tempo, o Silêncio da Eternidade"

19 de maio de 2006

HARI INI

Detik-detik kehidupan terus berganti, melantunkan sejuta nada harapan di tengah dunia yang kian kusut. Berputar alunan kasih di tengah kebengisan dan kebisingan manusia. Adakah lagi tempat berteduh kala mentari mengejapkan matanya? Kita berdiri di ambang-ambang pintu saling memandang dalam kebisuan, menatap kekosongan jiwa yang terbentang di jalanan sunyi. Kita seolah menantikan sesuatu atau seseorang yang akan lewat, tapi sia-sialah penantian kita. Bumi seolah tak lagi berpenghuni. Hanyalah rintihan penyesalan ketika siang berganti malam.
Mengapa pesimis, mengapa mengemis! Masih ada rintik hujan yang akan menyegarkan kedahagaan alam. Dunia tidak selamanya gelap, bumipun tak selalu suram. Di sana ada harapan bila kita mau memupukinya.
Mari kita mencari kebahagiaan dengan memaknai apa sesungguhnya ada kita.
Jiwa lembut memancarkan aroma harum mewangi di pekarangan nubari, sambil memandang kebeningan hati yang menuntun nurani ke kediamannya sunyi...