"A Palavra é do Tempo, o Silêncio da Eternidade"

16 de abril de 2009

Catatan Kecil



Berjuta jalan simpang membentang di depan mata. Itu bukan lagi hal baru. Di antara jalanan yang tak lagi terhitung jumlahnya, entahlah jalan simpang masih cukup membantu untuk memperpendek jarak peziarahan ini.

Batin terus bergetar, tanya terus terungkap dari bibir-bibir kelu yang haus akan sebuah kecupan kasih sayang. Hari berlanjut dan keyakinan ini sepertinya terus ditantang untuk terus mencerna butir-butir mutiara yang terselip di antara tajamnya bebatuan perjalanan ini.

Mungkin bukan apa-apa mengenang kembali musim barat yang mengerikan ketika kita menikmati cerahnya musim semi. Juga mungkin bukan apa-apa tersenyum bersama cerahnya hari di musim tak bernama, di saat kita terkungkung dalam dinginnya musim ini.

Boleh jadi angan-angan terus mempermainkan arah pikiran kita, sampai-sampai kesanggupan kita menyurut untuk sungguh-sungguh menghayati kenyataan hidup saat ini.

Terkadang lamunan itu teramat nikmat sampai kita lupa kalau itu cuma angan belaka dan lupa pula bahwa kita seharusnya kembali menjejakkan kaki di bumi ini. Begitulah perasaan terus memainkan perannya sementara kita turut larut di dalamnya.

Betapa kita boleh menikmati hidup sementara perjalanan terus kita telusuri. Kita berjalan dalam ritme Sang Khalik, banyak kali tak pernah kita sadari. Betapa roda perjalanan ini menuntun kita dalam lika-liku hidup ini...