"A Palavra é do Tempo, o Silêncio da Eternidade"

2 de novembro de 2010

Jatuh untuk Bangkit, Mati untuk Hidup

Jatuh berderai
daun-daun musim gugur
diterpa semilir angin senja.

Kuning kemerah-merahan
merah kekuning-kuningan
menghiasi hari, memaknai senja.

Kering
lalu jatuh
mati   
untuk hidup.

Ya, dalam jatuh ada bangkit
pada mati ada hidup.

harap-iman-kasih!

1 Comments:

Blogger Ir. Ma. Mendes, SSpS said...

Di musim gugur, mulailah langit menangis perlahan-lahan, angin menderu sekencang-kencangnya, maka daunpun mulai menguning dan berguguran berbarengan, lembar demi lembar dedaunan berguguran ke bumi. Hujan, angin dan petir datang silih berganti.Seakan alam bertanda dan memberikan arah, hai manusia, bersiap-siaplah kau menghadapi musim yang akan beralih dan kembali dingin, siap-siaplah dengan pakainmu, sepatumu, jaketmu, kaos tangan dan kaos kakimu, topimu, ban mobilmu dan seterusnya. Seakan alam berteriak demikian, siapkan dirimu menghadapi duka derita musim dingin, inilah kehidupan, inilah alam nyata, alam riil, Jangan kau lari darinya, kau sedang diajarkan dan belajar dari alam ini dalam menghadapi hidup dan kehidupan. Jika kau lulus dari ujian alam di Eropa...maka..?????

04/11/2010, 11:54:00

 

Enviar um comentário

<< Home