"A Palavra é do Tempo, o Silêncio da Eternidade"

5 de novembro de 2007

November dalam kenangan



Di bulan November kita mengenangkan mereka semua yang sudah beralih langkah dari dunia ini ke keabadian. Saat kita merenungkan arti kematian kita sudah seharusnya berefleksi tentang makna dan arti kehidupan itu sendiri. Kita seharusnya memperdalam budaya kehidupan.
Bulan November, musim gugur... Daun-daun mulai meranggas, terlepas dari pohonnya lalu jatuh berserakan ditiup angin. Tanah menampungnya, menerima dia kembali ke pangkuannya. Matahari bersinar tapi dingin mulai terasa. Malampu tiba lebih cepat dari biasanya. Inilah kekhasan bulan dan musim ini yang menginatkan kita akan makna kehidupan dan kematian.
Adalah kekhasan manusia untuk bertanya dari mana asalnya dan ke mana ia akan berlangkah. Inilah pertanyaan-pertanyaan eksistensial yang membuat manusia terus merenung. Namun pertanyaan-pertanyaan semacam ini bianya tidak dihiraukan ataupun tak terbayangkan. Ia hadir saat kita diihadapkan pada suatu situasi batas antara hidup dan mati. Di situlah kita terbangkit untuk bertanya untuk apa hidup, apa artinya kehidupan.
Inilah bulan yang tepat, saat kita mempertingati para arwah, untuk merenungkan secara mendalam apa artinya hidup kita, apa artinya hidup orang lain, apa artinya menghargai kehidupan. Kita bercermin pada tapal batas kehidupan untuk merenungkan adanya kita saat ini dan di sini.
Daun-daun berguguran, jatuh dari pohonnya dan kembali ke tanah. Pada saatnya kitapun ada gugur, jatuh dari pohon kehidupan kita dan kembali ke pangkuan bumi.
Marilah kita menghidupi kehidupan kita secara penuh dan sadar supaya ketika tiba saatnya kita tidak gugur begitu saja bagiakan daun kering gugur dan jatuh begitu saja diterpa angin senja.