"A Palavra é do Tempo, o Silêncio da Eternidade"

28 de abril de 2009

Krisis Mundial



Tuhan, akhir-akhir ini aku terpana membaca, mendengar dari siaran TV, radio dan langsung dari orang-orang di sekitarku tentang krisis ekonomi yang lagi melanda dunia. Mengenai krisis berkepanjangan di tanah airku itu bukan lagi hal baru bagiku. Krisis ekonomi yang berimbas pada berbagai krisis landa telah melanda tanah air lebih dari belasan tahun. Sampai hari ini krisis-krisis itu belum pulih benar. Krisis-krisis itu akhirnya mendapat imbasnya akibat virus yang sama telah menular ke negara-negara mapan di Eropa, bahkan, bayangkan... si super power Amerika Serikat.

Ya betul, Tuhan, aku menyaksikan sendiri di sini, salah satu negara eropa yang kini menjadi tempat tinggalku, banyak orang kelabayakan, terkejut dan dikejutkan dengan krisis ekonomi ini. Banyak pabrik dan tempat kerja ditutup. Akibatnya banyak tenaga kerja harus berlibur panjang, alias di-PHK-kan. Kalau begini, Tuhan, mereka harus buat apa. Cari kerja lain? Tidak semudah itu. Karena mereka yang tadinya bekerja kini menambah jumlah mereka yang sebelumnya tidak bekerja, atau lebih tepatnya, mereka yang belum beruntung mendapat kerja.

Benar-benar menegangkan, Tuhanku. Sungguh! Bayangkan, orang-orang harus merubah cara hidupnya, harus hitung matang-matang supaya bisa mencapai akhir bulan. Oh ya, parahnya lagi muncul berbagai tindak kejahatan: pencurian, perampokan, pembunuhan... Ini juga akibat dari krisis? Entahlah.

Engkau pasti lebih tahu, Tuhan, situasi sekarang. Karena itu tidak seharusnya saya menulis ini buat-Mu. Tapi itulah, Tuhan, situasi anak-anakMu sekarang. Salah kami sendiri, bukan? Tentu saja. Tetapi banyak kali ini kesalahan segelintir orang atau sekelompok orang yang hanya ingin mencari keuntungan sendiri dan akhirnya yang dirugikan adalah rakyat kebanyakan, yang tidak tahu apa-apa. Ampuni kami Tuhan, ampuni mereka yang bersuka-ria di atas penderitaan tetangga dan sesamanya. Tunjukkan kami alternatif untuk bisa kelaur dari krisis ini. Biar kami miskin harta yang penting tidak miskin iman. Biar kami kekurangan barang-barang material yang penting kami kecukupan kasih sayang. Biar kami kelaparan karena harus makan lebih sedikit dari biasanya dan kehausan karena tidak lagi bisa minum sesuka hati minuman kesukaan kami, yang penting kami tidak lapar dan haus akan keadilan dan perdamaian.

Untuk hari ini cukup dulu curhatku, Tuhan!