"A Palavra é do Tempo, o Silêncio da Eternidade"

25 de março de 2009

Kidung Buat Sahabat


Sobat,

Ketika kemarin kita bersua, rinduku selalu pada tegur sapamu, namun kudapati kamu membisu. Saat senja menepi, kutitip pesan rinduku buatmu. Lewat sepoi angin senja kusapa kau, sobatku. Ingin kuraih catatan kemarin buat sapaan yang menyejukkan. Aku selalu berharap kau kembali tersenyum bersama fajar yang pagi ini memergokiku sedang mengagumi mekarnya flamboyan.

Sobat,

Bila kau masih ingat, ternyata kita saling berharap. Hamparan padang menghijau mengajakku berlari-lari kecil dengan harapan yang selalu tak sirna: mendapati kau sedang tersenyum dalam belaian hamparan hijau.

Saat ini, ketika mentari telah meninggi, rinduku masih utuh menatap pandang matamu. Ingin kubaca sekali lagi harapan yang perlahan pupus diterbangkan gelombang-gelombang nakal angin timur yang dasyat.

Sobat,

Akhirnya aku harus puas sendirian berlari dalam kegelapan. Kurasakan inilah kegelapan yang paling gelap: menangkap asa yang tak kunjung mendekat.

Ledalero, 25.06.00