"A Palavra é do Tempo, o Silêncio da Eternidade"

6 de novembro de 2009

C1C4K - BV4Y4



Menarik sekali mengikuti pemberitaan mengenai perkembangan perpolitikan di tanah air akhir-akhir ini. Menarik karena Presiden dan wakilnya bersama kabinet baru sementara dalam hari-hari awal pengabdiannya. Dan justru di hari-hari awal inilah muncul polemik antara KPK dan Polri. Mencuat ke permukaan sistem hukum di tanah air yang sarat korupsi. Semua pasti saja tahu kalau korupsi itu sudah mendarah daging dan sedang dalam perjuangan bersama untuk "membedahnya" dari tubuh negeri ini. Namun dengan kasus yang sangat pelik ini, mata semua orang terbelalak dan apa yang dibicarakan secara samar-samar meledak begitu saja.

Negeri ini sedang dalam situasi yang "menegangkan". Aksi masyarakat pun muncul di mana-mana mendukung KPK. Polri pun "diteriaki". Para penegak hukumpun disumpah-serapahi.

Negeri ini juga menuai tradisi baru yang sangat berharga: MK berani memperdengarkan hasil rekaman pembicaraan orang-orang yang terlibat dalam gelapnya hukum tanha air; ada pejabat Polri yang mengundurkan diri secara suka rela; masyarakat luas mendukung perjuangan pemberantasan korupsi dan mempertanyakan secara tegas kinerja para pejabat dan penegak hukum; penggalangan kekautan dan jaringan melalui dunia maya dsb. Dan yang tak kalah menarinya "Cicak" dan "Buaya" muncul sebagai simbol dua kekuatan yang saling berhadap-hadapan.

Negeri ini sedang dalam perjalanan menuju "revolusi" baru? Gelombang reformasi baru akan muncul? Kekuatan "akar rumput" punya peran?

Entahlah... Aku hanya mengandai-andai dari negeri seberang.

Yang jelas negeri ini tak pernah lepas dari "bencana".

Bencana di atas bencana, takdir atau nasib???