Milioner2 Baru

Majalah mingguan VISÃO, salah satu mingguan terbesar di Portugal, edisi nº 754 tanggal 16 Agustus 2007 menurunkan laporan studi World Wealth Report 2007 mengenai para milioner baru dari seluruh belahan bumi. Menurut studi ini Singapura, India, Indonesia, Rusia dan Uni Emirat Arab adalah lima negara di mana jumlah milioner meningkat pada tahun 2006. Indonesia berhasil menempati peringkat ketiga yang mencetak milioner-milioner baru.

Luar biasa? Mengherankan?

Sayang... jurang pemisah antara yang kaya dan yang miskin semakin melebar. Inilah tandanya bahwa di negeri penuh kesembrawutan ekonomi ini para milioner terus berkuasa, bukan untuk kesejahteraan bangsa tapi demi kekayaan pribadi.

Yang miskin makin sekarat, yang kaya kian menjadi milioner.

Sayang...

Ini berita gembira atau berita sedih di HUT negeri ini yang ke-62?

"O lugar que a comunicação ocupa no mundo de hoje permite chamar à cultura do nosso tempo cultura comunicacional, ainda que se misture comunicação com informação, informação com informática, esta com tecnologia, tudo misturado com a velocidade de transmissão, tempo e lugar planetário como um todo e perturbador. Real e virtual como que disputam primazia e trocam elegantemente de lugar neste bailado digital."

António Rego, Media, web, @, cultura, in Communio XXIV/1 (2007), p. 7.

DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA

62 Tahun Indonesia Merdeka

Usia 62 tahun adalah usia yang telah benar-benar dewasa. Usia 62 tahun bagi seorang anak manusia adalah sebuah usia lanjut. Usia bagi seorang kakek atau nenek. Sebuah usia yang menjadikan seseorang sebagai patokan, contoh, teladan bagi anak cucu.

Indonesia telah berusia 62 tahun. Dalam usia ini apakah Indonesia telah benar-benar dewasa? Jawabannya mungkin jauh dari yang diharapkan. Usia 62 tahun ternyata bukanlah suatu jaminan kalau negara ini adalah sebuah negara yang patut dijempoli. Negara ini ternyata masih jauh dari kedewasaan. Dia bak orang tua yang kekanak-kanakan. Baik kalau dia adalah orang tua yang tetap awet muda. Tidak... ia bukan kakek nenek yang awet muda. Ia lebih tampak orang dewasa yang kekanak-kanakan. Dia bukanlah orang tua yang patut dicontohi. Anak-anak negeri ini masih jauh dari kebahagian.

Meskipun demikian, sudah seharusnya kita bersyukur untuk negeri ini. Masing-masing kita sudah seharusnya memainkan peranan masing-masing bagi dewasanya negeri ini.

Di usianya yang ke-62 ini, Indonesia sudah benar-benar dewasa?

70 Tahun Ledalero

Ledalero:

Bukit tempat sandar matahari!

itulah namamu

terlukis indah di sanubari anak-anakmu.

Hari ini kau ukir usia bersejarah

tujuh puluh tahun sudah kau mengabdi

memberi dari rahimmu

melahirkan dan membesarkan anak-anak

dengan cinta teramat indah.

Selamat berbahagia alma mater

seuntai doa kami panjatkan

buat perjalanan panjangmu.

Sekuntum bunga kami persembahkan

tanda cinta kami tak terukir.

Selamat berbahagia

Terima kasih atas pengabdianmu.

Cinta kami anak-anakmu

abadi selamanya.

Bercermin pada kata

Kata terucap dari bibir

beritakan rasa jiwa ini

gambarkan gelora hati

saat ini.

Ada kata terucap

dari setiap persinggahan jiwa

namun tak semua hati sanggup

menggenggam rasa hati.

Setiap kata bermakna

meski terucap laksana angin berlalu

sebab kata itu ada

ketika jiwa, pikiran dan bibir

berpapasan

dalam satu kehendak tuk mengucap kata.

Mari bercermin pada kata

dari siapa, kapan dan dimana pun

ia terucap.

galizacig.com

Aku berada di sini sekarang:
Guimarães

tempat lahirnya Portugal.

"Aqui nasceu Portugal"

Dan

Dan akhirnya kaupun datang

di pagi buta

bersama sinar mentari

yang baru saja terbangun

bersama lelapnya tidur malam.

Dan kau hadir

di sini

di angan-anganku

membawa aku pergi

di tengah keremangan malam.

Guimarães-PT, 10.08.07

Langkah kubuang sejenak

keluar dari kepenatan hari

menuju kerindangan senja

menikmati hiruk-pikuknya hidup.

Menonton orang yang menonton

itulah sejenak pekerjaanku

mudah, murah, gratis tanpa bayar

namun kuraih setumpuk pengalaman

dari pengamatanku sejenak

di kerindangan senja

di tengah hiruk pikuknya hidup.

Pensamento

We have sufficient religion

for us to hate each other,

but we do not have sufficient religion

for us to love one another.

(Jonathan Swift)