Tentang Desember
Desember adalah tentang dingin,
kabut dan hujan… Dari rintik-rintik lalu deras dan akhirnya banjir; pun tentang
kabut asap dari dapur lantaran kayu api yang enggan terbakar, lalu air mata
jatuh bukan karena sedih. Masakan di tungku api pun enggan untuk matang.
Desember adalah tentang hari yang
begitu pendek. Mentari jatuh dan gulita menyelimuti malam, meski baru setengah
petang. Basah-kuyup sekembali dari kebun, membelah malam dengan jinjingan di
kepala pun di bahu. Suara lolongan anjing memecah kesunyian. Ayam-ayam mulai
mencari tempat berteduh. Tak ketinggalan babi-babi “berteriak” dari kandang
tiada henti, meski barusan diberi makan. Sapi-sapi tetap bertahan sepanjang
malam, meski rela bermandi hujan. Tidak pernah terpikirkan untuk bertanya,
apakah mereka pun tidur malam dengan cuaca semacam ini?
Desember adalah tentang kesibukan
rohani. Koor-koor untuk rangkaian perayaan Natal dari KUB atau lingkungan mulai
sibuk berbenah. Meski dingin, kabut dan hujan, mereka tetap setia berlatih.
Desember adalah tentang dentangan lagu-lagu Natal yang terdengar dari
rumah-rumah, klasik pun versi terbaru. Ada semacam rasa melankolis.
Desember adalah tentang keluarga.
Yang di rumah mulai berbenah. Pakaian untuk Natal, pesta dan kue Natal, meriam
bambu untuk anak-anak… Yang jauh dari rumah mulai merencanakan kapan bisa balik.
Yang tidak sempat, Desember adalah tentang kenangan dan rindu….
Ah, Desember!
»Coretan menjelang Senja
[Almodôvar, Portugal, 05.12.2018]