"A Palavra é do Tempo, o Silêncio da Eternidade"

22 de dezembro de 2009

Satu dua kata menjelang lahir



Sebuah hasil refleksi indah sobat Fidel Fallo di Lisabon ke Beranda Misi:

Berulang kali mereka keluar dari mulut-mulut najis: Babi! Anjing! Kerbau! Kuda! Atau malah ada yang lebih lancang mengumpul dalam satu kata lebih sarat: Binatang!

Kami manusia, kamu binatang. Jelas kita beda. Kursi duduk kami jauh lebih tinggi, piring makan kami putih dan layak. Tegas kami mengucap: Ada kami untuk menguasaimu! Kitab Suci mengafirmasi begitu, bukan? Kamu, binatang, tempatmu di sana, di sudut itu, di belakang situ, atau di samping ini. Ah dasar jelek!

Turun temurun cerita datang. Bangga kita punya, karena Dia, Tuhan kita, sudi menyatakan diri. Tempat nginap yang penuh terisi saat itu, memaksa Ibu dan Bapak mencari alternatif. Dingin malam, gelap bumi tak terelakkan. Mau bilang apa, hanya ini yang kita punya, gumam seorang. Dan, ke sana, ke tempat si mulut-mulut lincah, kawanan ciptaan kurang logika itu, duduk-sabar-menjaga TAMU BARU.

Bayi kecil yang kita imani sungguh, justru memilih diterima mereka; para bawahan itu.

Sejak dini

tubuh-Nya menyentuh wadah kasar palung makan binatang,

kulit-Nya merasakan dingin angin malam,

mata-Nya menangkap gelap sekeliling, dan

hidung-Nya mencium bau amis kandang.

Dia yang adalah Tuhan, tahu persis, bahwa: Hidup tak segampang membalikkan telapak tangan.

Baru beberapa saat sesudah itu, tiga raja bertampang "pantas", tersentuh rasa dan bergerak mendekati tempat kumuh.

Tak mengapa jika renung hati ini kuhentikan di sini, sebab pikir, bayang, tentang dia takkan bertitik final.

Ku tak punya lebih, sambungmu atas kata-kata ini, boleh menjadi kado Natalku buatmu semua sama saudaraku.

SELAMAT NATAL 2009

Fifa - Lisabon ( dalam dingin pagi yang tak kunjung bersahabat jari-jari ini mengirim kata)

***

Obrigado kawan buat kata2 penuh bijak...

Kata-kata yang mengusik nubari

mencari makna hidup sebenarnya!