"A Palavra é do Tempo, o Silêncio da Eternidade"

26 de maio de 2006


BUATMU, SOBAT...
Sobat,
Ketika kemarin kita bersua, rinduku selalu pada tegur sapamu. Namun kudapati kau diam membisu. Saat senja menepi di batas malam kutitip pesan rinduku buatmu. Lewat sepoi angin senja kusapa kau, sobatku. Ingin kuraih catatan kemarin tuk sekedar mengenang kembali kenangan-kenangan yang kusimpan rapi di sana. Kutoreh untaian kata dari sapaanmu yang menyejukkan. Aku selalu berharap kau kembali tersenyum bersama fajar yang pagi ini memergokiku sedang mengagumi mekarnya flamboyan.
Sobat, bila kau masih ingat ternyata kita saling berharap. Kiranya kau di situ seperti aku di sini: 'genggam erat keyakinan bahwa masih ada hari esok.' Hamparan padag menghijau mengajakku berlari-lari kecil dengan harapan yang tak kan pernah sirna, mendapati kau sedang tersenyum dalam belaian sang hidup.
Saat ini, ketika mentari tlah meninggi, rinduku masih utuh menatap sang rembulan. Ingin kubaca sekali lagi harapan yang perlahan pupus diterbangkan sepoi-sepoi nakal angin timur.
Sobat, akhirnya aku harus puas mendapati diriku sendirian mengejar asa yang tak kunjung mendekat. Tapi terus kudengunkan harapan yang satu itu, kita bersama mengejar ada kita meski dalam keterpisahan jarak, ruang dan waktu.