"A Palavra é do Tempo, o Silêncio da Eternidade"

1 de outubro de 2006

VOLUNTARIADO

Berdiri (ki-ka): Célia, Joana, Helder, Manuela, Frederic (Togo), David, Nuno, P. Jerónimo,
P. Devendra (India)
Duduk (ki-ka): Marina, Andreia, Floriano (Indonesia), Nuno, Bruno, Paula, Kens (Indonesia), Ricardo.

Inilah wajah-wajah penuh ceria, anak-anak muda yang datang dari berbagai wilayah Portugal (dan ada pula beberapa yang berasal dari negara lain dan sementara ini berdomisili di Portugal), bersatu dalam cara: voluntariado missinário, sukarelawan misioner. Kegiatan ini diselenggarakan oleh kelompok Diálogos, leigos SVD para a missão (paguyuban awam SVD untuk misi) bekerja sama dengan para Missionaris Serikat Sabda Allah (SVD) Portugal. Kegiatan misioner ini berlangsung selama 10 hari (24 Agustus-2 September 2006) di dua panti jompo: Vilar Formoso dan Aldeia da Ponte, Portugal. Kegiatan ini ditujukan kepada anak-anak muda yang bersedia meluangkan waktu liburan musim panasnya untuk "ada bersama", berbagi waktu dan cerita dengan mereka yang paling membutuhkan.
Kekhasan dari aksi sukarelawan ini adalah bahwa ia bukan layaknya aksi sosial lainya, melainkan berciri khas khusus, sebagai aksi misi bersemangatkan karakter spiritual kristiani dan dilandasi karisma para missionaris Sabda Allah. Tanpa upah, tanpa bayaran.
Anak-anak muda ini (baca: kami) selama berada di kedua panti jompo ini mencoba bersaksi, pertama-tama lewat spiritualitas "kehadiran". Karena kami yakin bahwa cuma kehadiran saja sudah memberikan warna lain bagi para jompo. Seuntai kata atau seulas senyum telah memberikan warna lain buat mereka yang terlampau "lelah" oleh irama hidup yang monoton dan "beban" termakan usia. Bernyanyi ria, berbagi bercerita, berekreasi bersama membangkitkan kembali semangat hidup, menghadirkan nostalgia-nostalgia indah masa muda dan memperdalam rasa persaudaraan. Membantu para fungsionaris di dapur, kamar makan, kamar cuci, dll telah meringankan, walaupun sedikit, waktu kerja mereka.
Secara ke dalam, kelompok ini juga berusaha hidup bersama, karena kami datang dari berbagai tempat dan dari berbagai negara. Sebagian besarnya tidak saling mengenal sebelumnya. Kenanekaragaman ini merupakan suatu "percobaan" untuk dilalui bersama. Karena itu, selama hari-hari ini masing-masing kami coba saling mengenal dan hidup bersama sebagai satu keluarga, satu komunitas, sebagai saudara. Kenaekaragaman suku, ras, warna kulit kami rasakan sebagai kekayaan khas dan unik, dan bukannya jurang pemisah. Inilah sebuah contoh kecil di tengah dunia yang bergejolak bahwa kita mampu hidup berdampingan satu sama lain secara harmois. Di mana ada keanekaragaman di situ ada keceriaan. Itulah kebesaran Sang Pencipta.
Selain itu, kami luangkan cukup waktu setiap malam untuk ada bersama sebagai satu kelompok. Waktu ini kami khususkan untuk doa bersama, saling membagi pengalaman mengenai hari yang baru berlalu, dengan suka dan dukanya. Dengan ini kami saling menguatkan satu sama lain, belajar dari dan dengan pengalaman orang lain. Di tengah dunia yang kian terjepit waktu, di mana orang tak lagi punya kesempatan, walaupun cuma sedetik, untuk sejenak berdiam diri, berefleksi dan ada bersama dirinya sendiri, kami mau mengatakan bahwa kami masih punya waktu. Anak-anak muda ini masih punya cara untuk menghidupi sisi rohaninya. Tak semua anak muda di negeri modern dan di masa pos-moderen ini memilih "bermusim panas" demikian.
Fantastik, luar biasa... sebuah pengalaman yang tak kan pernah terlupakan. Di akhir aksi misioner ini, semua kami merasa sebagai saudara. Tak ada perbedaan bangsa, suku, ras, warna kulit, golongan... Air mata berlinang, tak terasa kami harus berpisah. Kami telah mencoba memberikan yang terbaik dari masing kami. Tapi kami telah menerima lebih banyak dari apa yang dapat kami berikan. Bersama orang-orang jompo ini, kami belajar tentang misteri kehidupan: apa itu hidup, dari mana ia berasal dan ke mana ia pergi. Kami dihadapkan dengan pertanyaan-pertanyaan mendasar: siapa itu manusia, dari mana ia berasal dan ke mana ia akan pergi. Kami telah banyak belajar untuk menghargai hidup dan kehidupan. Kami telah belajar untuk memanfaatkan masa-masa hidup sebaik dan seguan mungin. Hari kemarin adalah kenangan, ahri ini adalah kenyataan, hari esok adalah impian. Masa depan tergantung dari bagaimana aku menghidupi hari ini dan seberapa banyak aku belajar dari hari kemarin.
Hari-hari ini berlalu begitu cepat... Tapi dalam nubari kami yakin, kami berpisah untuk bertemu kembali. Kami berpisah tapi tetap satu dalam kasih.