"A Palavra é do Tempo, o Silêncio da Eternidade"

17 de julho de 2009

Bom Kembali Mengguncang Jakarta



Setelah sekian lama situasi keamanan di Indonesia mengalami masa-masa tenang, kini ketenangan itu kembali terusik. Hari ini (17/7) ledakan bom kembali menggelegar di ibukota Jakarta, tepatnya di dua hotel megah JW Marriott dan Ritz-Carlton di kawasan Mega Kuningan. Indonesia kembali terusik. Anak-anak bangsa kembali menjerit. Dunia cercengang. Nyawa-nyawa tak berdosa pun melayang begitu saja.

Bom hari ini kembali menorehkan catatan hitam dan kelabu pada sejarah perjalanan bangsa. Baru saja bangsa ini merayakan pesta demokrasi dengan menggelar pilpres, sebentar lagi tim Setan Merah, Manchester United, akan bertandang ke Indonesia dan bom itu pun meledak. Banyak spekulasi dilontarkan seputar kejadian ini. Banyak kutukan dan hujatan pun berdatangan dari berbagai belahan dunia. Yang pasti kita menghadapi sebuah serangan atas kemanusiaan dan prinsip-prinsip dasar kemerdekaan, kebebasan dan kehidupan itu sendiri. Siapapun pelakunya dan apapun tujuannya, yang jelas kita tidak mampu mengerti dengan akal sehat mengapa metode pemboman justru dipilih untuk tindakan biadab dan tidak berkemanusiaan. Semua tindak kejahatan ini selalu saja menuai korban di kalangan rakyat kecil dan mereka yang tidak tahu-menahu, entah itu urusan politik, sosial pun keagamaan.

Siapa yang hendak disalahkan? Siapa sasaran kutukan kita? Apakah bangsa ini memang sudah tak berdaya di hadapan para bandit yang terus bermain di belakang layar? SBY marah, dunia pun mengutuk. Dan itu sudah wajar. Kita marah, kita memberontak, kita menyesal, kita mengadu... Apakah orang-orang ini- para pelaku pemboman- tidak berani tampil terang-terangan dan memperjuangkan aspirasinya? Kita menyerukan suatu sikap patriotik, demokratis dan bertanggungjawab untuk siapa saja yang menamakan diri anak bangsa di negeri ini. Kita menyerukan perhatian serius pemerintah kepada semua warga masyarakatnya dari pusat hingga ke daerah-daerah. Kita menyerukan rasa nasionalisme dan tenggang rasa buat seluruh lapisan masyarakat untuk saling menghormati, saling menghargai dan hidup berdampingan sebagai saudara. Indonesia, 'negeri elok amat kucinta', lama-kelamaan tinggal syair-syair indah tanpa makna.

Kita terluka, berduka, kita berkabung... namun di lain pihak ada yang tertawa, ada yang berpesta...

Kita tidak mesti kalah!

Etiquetas: , ,