"A Palavra é do Tempo, o Silêncio da Eternidade"

11 de julho de 2009

Dan Setelah Pemilu?



Pilpres telah berahir. Hingar-bingar pesta Demokrasi perlahan-lahan surut dari ingatan dan kesibukan warga negara. Pasangan SBY-Budiono menurut Quic Count memimpin jauh di depan. Pasangan ini mampu meraih simpati rakyat dan menarik massa untuk menjatuhkan pilihan padanya. Sementara itu kedua pasangan lain mencoba mengangkat ke ruang publik pelanggaran-pelanggaran pemilu yang rupanya masih terus berlanjut.

Kita boleh bertanya pemilu telah selesai dan sekarang? Saya kira jawaban yang paling kurang dituntut oleh rakyat adalah saatnya untuk bekerja. Pemilu telah berakhir dan tibalah waktunya untuk mengimplementasikan janji-janji yang telah diungkapkan selama masa kampanye. Saatnya untuk mengeluarkan keringat demi rakyat dan bangsa. Itulah harapan masyarakat dan memang demikianlah seharusnya. Selamat mengabdi kepada rakyat!

2 Comments:

Blogger Blog Watcher said...

PROPA GANDA POLITIK HASIL QUICK COUNT





8 juli 2009, beberapa saat setelah gelaran pemilu baru saja dilaksanakan, sejumlah setasiun televisi menayangkan hasil quick count sementara di wilayah Indonesia Timur sebelum gelaran pilplres usai. Sekitar pukul 10.30 WIB atau pukul 12.30 WIT (30 menit sebelum pilpres usai). Apakah maksud dari penayangan hasil quick count tersebut? Benarkah ini upayah propaganda politik untuk mempengaruhi psikologis pemilih agar mencontreng capres tertentu?


....................................................................


Seiring tumbuhnya demokrasi, sedikit banyak mengubah wajah dunia perpolitikan di Indonesia. Bukan sja pada kontestasinya yang berubah, namun juga pada metodologi cara berpolitik. Hal ini diindikasikan dengan menjamurnya lembaga survey sekaligus konsultan politik capres dan cawapres.


Fungsi sesungguhnya survey/jajak pendapat adalah memantau opini publik, mengintip persepsi, harapan, pendapat apa yang dipikirkan masyarakat. Fungsi normatif survei, menjembatani kepentingan publik (rakyat) dengan penentu kebijakan publik/ pemerintah. Hasil survei yang muncul dipandang sebagai barometer aspirasi masyarakat secara keseluruhan. Bahkan dalam era demokrasi sekarang ini hasil dari lembaga survei dianggap sebagai kekuatan kelima, selain media massa dan trias politica(eksekutif-legislatif-yudikatif). Oleh karena itu lembaga survei kini dianggap sebagai algojo penentu kebijakan publik.


Seiring bermunculan lembaga survei, Lembaga surveipun berperan ganda: peneliti sekaligus tim konsultan atau tim sukses. lembaga survei menjelma menjadi lembaga komersial yang berafiliasi pada partai politik, tokoh ataupun kelompok tertentu. Lembaga survei beralih fungsi sebagai event organizer, menawarkan jasa, menerima pesanan hasil survei costomer dengan atasnamakan ilmu pengetahuan/kedok metode ilmiah. hasil survei jelas hanya menguntungkan sumber penyandang dana.


Dengan dasar hasil survei pesanan tadi, sipenyandang dana mempublikasikan penelitian. Tujuannya propaganda politik. Pengumumam hasil survei dinilai sebagian kalangan akan menimbulkan efek bandwagon atau efek yang membuat orang mengikuti apa yang dilakukan orang banyak.


.........................................................


Menjawab pertanyaan diatas, jelas Quick count saat gelaran pilpres berlangsung adalah upaya sistematis mempengaruhi jalannya pemungutan dan perhitungan suara. Propaganda opini publik, teror untuk mempengaruhi psikologi pemilih agar mencontreng capres tertentu.


"Akankah Bawaslu memproses kejadian tidak sportif ini??? kita tunggu saja kelanjutannya....."

16/07/2009, 07:44:00

 
Anonymous Jendela-Jiwa said...

Kalau benar sepak terjang lembaga-lembaga survei pemilu seperti yang diungkapkan 'Blog Watcher' maka sangat disayangkan. Namun saya sendiri tidak terlalu terkejut kalau memang demikian yang terjadi. Maklumlah di Indonesia apa saja bisa terjadi. Sayangnya justru dilakonkan oleh orang-orang berpendidikan yang menjadikan ilmu pengetahuan bukannya sumber pencerahan tetapi justru sumber konspirasi politik dan pembutaan bagi masyarakat. Maka kita boleh mengatakan bahwa kekuatan uang masih saja merajalela di tanah air. Siapa berduit dia menguasai segala-galanya.

Begitu pula dengan quick count. Media ini sebenarnya berfungsi menginformasikan kenedrungan pemilih saat itu pula. Media ini juga digunakan oleh negara-negara Barat tanpa tendensi lain karena memang dijalankan oleh-lembaga-lembaga independen. Hanya saja keindependenan Barat dan Indonesia tentu sangat berbeda. Maka segala sesuatu, termasuk yang tidak terpikirkan, bisa saja terjadi di tanah air.

Dari sebab itu kita mesti mengakui bahwa kita masih harus banyak belajar berdemokrasi. Semoga.

Salam Demokrasi!

J-J

16/07/2009, 09:30:00

 

Enviar um comentário

<< Home