"A Palavra é do Tempo, o Silêncio da Eternidade"

23 de junho de 2016

Fenomena 'Teman Ahok'


Beberapa hari lalu 'Teman Ahok' mengumumkan sekaligus merayakan pencapaian sejuta lebih Kartu Tanda Penduduk (KTP) penduduk DKI Jakarta untuk mendukung Ahok, Gubernur DKI saat ini, untuk maju melalui jalur independen pada periode kedua pilkada tahun 2017. 
Luar biasa!

Terlepas dari pro-kontra dan banyak tantangan -tetapi pun tak kurang dukungan- aksi 'Teman Ahok' ini menjadi sebuah catatan sejarah dalam catatan politik Indonesia. Fenomena ini semestinya tertulis, sebagai dokumen sejarah, dalam kancah perpolitikan nasional, sebagai memori masa depan. Terlihat dari semangat, aksi juang, niat, keinginan, harapan, dan anggota tim 'Teman Ahok' yang semuanya sukarelawan dari kalangan kaum muda, aksi ini patut diapresiasi sedalam-dalamnya.

Sejalan dengan itu, para partai politik mesti membuat semacam refleksi panjang tentang apa dan mengapa fenomena jalur independen ini mendapat tanggapan sangat antusias dari masyarakat. Sebuah pertanyaan sekaligus bahan refleksi menarik.

Pada pemilihan presiden Portugal kali lalu, 10 kandidat maju ke pentas. Menariknya, sebagian besar mereka maju dari jalur independen. Terlepas dari sejarah perpolitikan mereka dalam partai politik, namun sebagian besar menegaskan keindepenan mereka. Dan, akhirnya yang terpilih adalah Prof. Marcelo Rebelo de Sousa, dari jalur independen, langsung pada putaran pertama. Menariknya, ia tidak membuat banyak kampanye. Biaya yang ia keluarkan pun adalah yang paling sedikit. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar biaya kampanye masuk ke mesin-mesin politik. Dan bahwa adalah mungkin membangkitkan selera politik melalui jalur non parpol dengan semangat transparan, kerja keras, rela melayani rakyat, menolak tunduk pada mafia apapun dan berjuang melawan korupsi.

Semoga ini menjadi sebuah langkah awal menuju sebuah dinamika perpolitikan yang humanis dan berpihak pada rakyat. Sudah saatnya kebenaran ditegakkan dan rakyat kembali mendapatkan kedaulatannya.