Hari Ini
"A Palavra é do Tempo, o Silêncio da Eternidade"
Hari kembali beranjak pergi. Hilang di balik awan musim gugur. Satu-satu daun kuning jatuh bertebaran, melepaskan diri dari lilitan inang pengasuhnya, kembali dipeluk hangat rangkulan bumi. Sunyi senyap. Tiada suara. Cuma benderangnya lampu malam menyoroti keremangan. Di sini masih ada atau telah ketiadaan hidup?
Tentunya masih ada. Waktu masih terus berputar. Angin masih terus berhembus. Hidup masih dapat dinikmati. Di belahan bumi lain, mentari baru saja mengintip, membangunkan embun pagi. Hidup kembali berputar di sana, meski di sini saatnya lelap dalam tidur. Karena begitulah hukumnya. Perputaran dan pergantian saling mengganti. Di sini malam, di sana siang. Namun satu yang pasti, msiteri ini sungguh tak terpahami...
Kularutkan malam dalam renung, mensyukuri karunia nian berarti. Tertantap pada pucuk-pucuk kehidupan baru, yang selalu dan selalu saja kembali lahir. Dalam adanya kita, ada Dia yang terus mengatur, mengarahkan dan menentukan arah perjalanan. Banyak yang telah singgah di sini, menorehkan coretan tangannya, meninggalkan pikirannya, buat dikenang selalu dalam peredaran zaman.
Dalam keremangan malam dan keheningan musim gugur, cahaya itu terus bersinar. Sebab ada Dia dan ada mereka, yang terus mengukir kisah di relung hati nan dalam. Bersatu dalam angan, berpacu dalam hidup...
Menarik sekali mengikuti pemberitaan mengenai perkembangan perpolitikan di tanah air akhir-akhir ini. Menarik karena Presiden dan wakilnya bersama kabinet baru sementara dalam hari-hari awal pengabdiannya. Dan justru di hari-hari awal inilah muncul polemik antara KPK dan Polri. Mencuat ke permukaan sistem hukum di tanah air yang sarat korupsi. Semua pasti saja tahu kalau korupsi itu sudah mendarah daging dan sedang dalam perjuangan bersama untuk "membedahnya" dari tubuh negeri ini. Namun dengan kasus yang sangat pelik ini, mata semua orang terbelalak dan apa yang dibicarakan secara samar-samar meledak begitu saja.
Negeri ini sedang dalam situasi yang "menegangkan". Aksi masyarakat pun muncul di mana-mana mendukung KPK. Polri pun "diteriaki". Para penegak hukumpun disumpah-serapahi.
Negeri ini juga menuai tradisi baru yang sangat berharga: MK berani memperdengarkan hasil rekaman pembicaraan orang-orang yang terlibat dalam gelapnya hukum tanha air; ada pejabat Polri yang mengundurkan diri secara suka rela; masyarakat luas mendukung perjuangan pemberantasan korupsi dan mempertanyakan secara tegas kinerja para pejabat dan penegak hukum; penggalangan kekautan dan jaringan melalui dunia maya dsb. Dan yang tak kalah menarinya "Cicak" dan "Buaya" muncul sebagai simbol dua kekuatan yang saling berhadap-hadapan.
Negeri ini sedang dalam perjalanan menuju "revolusi" baru? Gelombang reformasi baru akan muncul? Kekuatan "akar rumput" punya peran?
Entahlah... Aku hanya mengandai-andai dari negeri seberang.
Yang jelas negeri ini tak pernah lepas dari "bencana".
Bencana di atas bencana, takdir atau nasib???