"A Palavra é do Tempo, o Silêncio da Eternidade"

26 de maio de 2006


BUATMU, SOBAT...
Sobat,
Ketika kemarin kita bersua, rinduku selalu pada tegur sapamu. Namun kudapati kau diam membisu. Saat senja menepi di batas malam kutitip pesan rinduku buatmu. Lewat sepoi angin senja kusapa kau, sobatku. Ingin kuraih catatan kemarin tuk sekedar mengenang kembali kenangan-kenangan yang kusimpan rapi di sana. Kutoreh untaian kata dari sapaanmu yang menyejukkan. Aku selalu berharap kau kembali tersenyum bersama fajar yang pagi ini memergokiku sedang mengagumi mekarnya flamboyan.
Sobat, bila kau masih ingat ternyata kita saling berharap. Kiranya kau di situ seperti aku di sini: 'genggam erat keyakinan bahwa masih ada hari esok.' Hamparan padag menghijau mengajakku berlari-lari kecil dengan harapan yang tak kan pernah sirna, mendapati kau sedang tersenyum dalam belaian sang hidup.
Saat ini, ketika mentari tlah meninggi, rinduku masih utuh menatap sang rembulan. Ingin kubaca sekali lagi harapan yang perlahan pupus diterbangkan sepoi-sepoi nakal angin timur.
Sobat, akhirnya aku harus puas mendapati diriku sendirian mengejar asa yang tak kunjung mendekat. Tapi terus kudengunkan harapan yang satu itu, kita bersama mengejar ada kita meski dalam keterpisahan jarak, ruang dan waktu.

25 de maio de 2006


MENARA GADING

Kau berdiri kokoh pada puncak kehidupan maya. Terlintas dalam benak gambaran samar-samar bagai memandang wajah pada permukaan air yang retak. Ada kegelisahan berbisik di sudut batin, minta sepenggal kata penenang. Ternyata kau telah terlanjur terjun dalam permainan tanpa kata.

Kegelisahan kian mencekam seolah dikejar roh yang paling menakutkan. Anehnya kau malah balik mengejar kegelisahan itu yang ternyata tak punya nyali tuk berdebat. Terbirit-birit ia berlari diterbangkan sepoi angin malam.

Di ujung jalan kalau tersenyum manja pada rembulan yang lagi mesra merangkul malam. Ternyata itu cuma menara gading anganmu belaka.

22 de maio de 2006



MAKNA KEHIDUPAN

Perjalanan panjang menuntunku tuk tetap setia mengayun langkah. Tatkala rona fajar memerah darah, kucoba tangkap binar rindunya yang siap menghangatkan raga terkulai. Lalu kusimpan si bawah tatapan mata rembulan ketika ia pamit ke pelaminan malam.
Aku tersentak dalam diam ketika mata hatiku tergores suara sumbang sang hidup. Seolah ingin menagih janji ia terus melintas dan membayangi jejak langkah. Aku berpaling sebentar, lalu kugores senyum di ujung malam. Ia manja tersenyum puas setelah lama pulas dalam penantian. Aku sadar meski dalam diam tanpa kata dan lamanya waktu tak terhitung, arena hidup masih setia menagih janji untuk sebuah makna yang meski kecil namun berkhasiat menopang raga terkulai.

21 de maio de 2006


SAHABAT

Bila kita berjalan tak mesti harus berpikir tentang siapa dan dengan siapa, sebab meski dalam diam membisu dan kesendirian kita masih berdiri rapat dengan bayang-bayang diri kita sendiri. Biarkan diri terus melangkah pada pucuk-pucuk pencarian tak menepi. Tanamkan tapak dan jangan biarkan jejak ini berlalu tertiup angin musim atau hilang terkubur lumpur jalanan. Biarkan dia yang di belakangmu terus menatap supaya ia tak kehilangan arah dan mengerti sesungguhnya ada seseorang yang telah melangkah mendahuluinya. Yakinlah bahwa kau tak sendirian. Engkau telah meretas tapak-tapak membekas buat dia labuhkan jejak pada langkah dan tapak yang sama. Mari ukir kata 'sahabat' dalam dermaga jiwa sebab di sanalah tempatnya berlabuh.



BERANDA JIWA

Di beranda jiwa yang terdalam ada tanya yang terus menggema tentang hidup: apa itu hidup, untuk apa hidup, ke mana ia akan melangkah. Itulah filsafat hidup yang terus bertanya dan bertanya: siapakah aku ini, dari mana asalku, ke manakah aku akan berlabuh.
Pada bingkai hati terlukis bias-bias sinar mentari menerangi lorong-lorong gelap tak bertuan. Ada satu kekuatan dasyat yang mendorong manusia untuk terus mengaktualisasikan dirinya secara penuh. Itulah harapan yang selalu menjadi impian: menjadi diri sendiri!

20 de maio de 2006

Aktivitas katekese (Prior Velho)
Belajar mengenal yang Kuasa bersama dan dari sesama,
saling melayani, saling mencintai, saling menghormati...
perbedaan suku, ras, bangsa, warna kulit bukanlah persoalan melainkan kekayaan...
Kau dan aku adalah satu dalam kasih sang pencipta!
(...Actividades da catequese no Prior Velho,
apreender a conhecer o Invisível com e dos outros. A diferença não é o obstáculo mas é a riqueza do nosso mundo.
Tu e eu somos um no amor do criador...)





masa kecil...
masa-masa penuh kepoloson, ketulusan, kebahagiaan, keceriaan...
masa-masa penuh kenangan!


(...idade da inocência,
idade cheia de memórias...)

RODA KEHIDUPAN

Berjuta jalan simpang membentang di depan mata, itu bukan lagi hal baru. Di antara jalanan yang tak lagi terhitung jumlahnya, entahkah jalan simpang masih cukup membantu tuk memperpendek jarak peziarahan ini.
Batin terus bergetar, tanya terus terungkap dari bibir-bibir kelu yang haus akan sebuah kecupan kasih sayang. Hari berlanjut dan keyakinan ini sepertinya terus ditantang untuk mencerna butir-butir mutiara yang terselip di antara tajamnya bebatuan perjalanan ini.
Mungkin bukan apa-apa mengenang kembali musim barat yang mengerikan ketika kita menikmati cerahnya musim semi. Juga mungkin bukan apa-apa tersenyum bersama cerahnya hari di musim tak bernama, di saat kita terkungkung dalam dinginnya musim ini.
Boleh jadi angan terus mempermainkan arah pikiran kita, sampai-sampai kesanggupan kita menyurut untuk sungguh-sungguh menghayati kenyataan hisup saat ini.
Terkadang lamunan itu teramat nukmat sampai kita lupa kalau itu cuma angan belaka dan lupa pula bahwa kita seharusnya kembali menjejakkan kaki di alam nyata.
Begitulah perasaan terus memainkan perannya sementara kita turt larut dalamnya.
Brtapa kita boleh menikmati hidup sementara perjalanna terus kita telusuri. Kita berjalan dalam ritme sang khalik, banyak kali tanpa kita sadari. Sementara roda perjalanan ini terus menuntun kita dalam lika-liku hidup.

19 de maio de 2006

SEM TÍTULO

Esta parede é forte demais
para o raio deste olhar

.........................

Dá-me o teu rosto
e ficas com o resto do meu dia

HARI INI

Detik-detik kehidupan terus berganti, melantunkan sejuta nada harapan di tengah dunia yang kian kusut. Berputar alunan kasih di tengah kebengisan dan kebisingan manusia. Adakah lagi tempat berteduh kala mentari mengejapkan matanya? Kita berdiri di ambang-ambang pintu saling memandang dalam kebisuan, menatap kekosongan jiwa yang terbentang di jalanan sunyi. Kita seolah menantikan sesuatu atau seseorang yang akan lewat, tapi sia-sialah penantian kita. Bumi seolah tak lagi berpenghuni. Hanyalah rintihan penyesalan ketika siang berganti malam.
Mengapa pesimis, mengapa mengemis! Masih ada rintik hujan yang akan menyegarkan kedahagaan alam. Dunia tidak selamanya gelap, bumipun tak selalu suram. Di sana ada harapan bila kita mau memupukinya.
Mari kita mencari kebahagiaan dengan memaknai apa sesungguhnya ada kita.
Jiwa lembut memancarkan aroma harum mewangi di pekarangan nubari, sambil memandang kebeningan hati yang menuntun nurani ke kediamannya sunyi...

KETIKA TUHAN TAK LAGI BICARA

Ketika Tuhan tak lagi bicara
kitapun terbelenggu dalam kebisuan
terhimpit antara hinaan
ketakberdayaan Tuhan di hadapan manusia.

Tapi benarkah Tuhan telah benar-benar bisu?
Ketika Tuhan tak lagi bicara
Ia masih punya mulut kita untuk bicara
Ia masih punya kata-kata kita untuk tetap bersuara.

Hanya saja kitapun kadang terbisu
dibuai bisikan dunia maha dasyat
lalu kita lupa menyuarakan suara Tuhan
sementara Ia menanti dengan penuh sabar
kata-kata dari mulut kita.

Ketika Tuhan tak lagi bicara
Dia punya sejuta harapan
akan perpanjangan lidah kita
menyuarakan kebesaranNya.

Ketika Tuhan tak lagi bersuara...